1.
Uji Reduktase dengan Methylen Blue
Bertujuan menentukan adanya
kuman-kuman di dalam susu dalam waktu cepat. Kualitas susu salah satunya
dilihat dari kualitas mikrobiologisnya. Susu merupakan media pertumbuhan yang
tepat untuk organisme perusak yang umum. Perubahan yang tidak dikehendaki dalam
susu dipengaruhi oleh pertumbuhan mikroba dan metabolismenya. Susu rusak
diakibatkan oleh mikrorganisme yang dapat merombak senyawa di dalam susu.
Misalnya bakteri asam laktat yang merombak laktosa dalam susu menjadi asam
laktat sehingga susu menjadi basi.
Salah
satu pengujian mikrobiologi susu adalah dengan uji biru metilen (methylene blue
test). Uji ini dapat memberikan perkiraan jumlah bakteri dalam susu dengan
mengamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan aktivitas yang
dapat menyebabkan perubahan zat warna biru metilen. Semakin tinggi jumlah
bakteri dalam susu, semakin cepat terjadinya perubahan warna.
Aktivitas
enzim reduktase dapat diketahui dengan cara menambah zat warna metilen biru
dalam susu. Apabila terdapat aldehid hasil aktivitas enzim reduktase, maka
metiilen blue akan tereduksi. Enzim ini akan tidak aktif pada suhu
130°C.Organisme yang tumbuh dalam susu akan menghasilkan oksigen yang ada.
Karena oksigen habis, terjadi reaksi oksidasi-reduksi untuk kelangsungan hidup
mikroba. Sitrat yang merupakan metabolit mikroba berfungsi sebagai donor
hidrogen, methylene blue sebagai aseptor hidrogen, dan enzim reduktase yang
diproduksi mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus dapat
menyediakan energi untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzim
reduktase mikroba menurunkan potensial oksidasi-reduksi, dengan mereduksi
methyelene blue. Karena tereduksi maka methyelene blue berubah warnanya dari
biru menjadi putih metilen/methylene white.
Tabel
perkiraan jumlah Bakteri Berdasarkan Lama Waktu Inkubasi Pada Uji Reduktase
Lama
Waktu
|
Jumlah
Bakteri
|
Grade
|
≥ 8 jam
|
500.000
|
Sangat
Baik
|
6-8
jam
|
1-4
juta
|
Baik
|
2-6
jam
|
4-20
juta
|
Cukup
|
≤
2 jam
|
≥
20 juta
|
Rendah
|
Dewasa
ini susu yang bisa diterima oleh IPS (Industri Pengolahan Susu) adalah dibawah
10 juta bakteri/ml.
2.
Uji Warna,Bau,Rasa dan Kekentalan
Bertujuan
mengetahui kelainan-kelainan pada susu secara organoleptik (menggunakan panca
indera). Adanya perubahan warna, bau, dan konsistensi pada susu dapat
disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
a.
Warna susu yang baik adalah putih kekuning-kuningan. Warna putih karena adanya
penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat (dispersi koloid yang
tidak tembus cahaya) sedangkan warna kekuning-kuningan pada susu adalah adanya
karoten(berasal dari pakan yang diberikan) dan riboflavin. Sedangkan jika
terjadi perubahan warna pada susu seperti kebiruan karena adanya penambahan air
atau pengurangan lemak. Warna kemerahan pada susu terjadi karena susu
mengandung darah dari sapi penderita mastitis. Variasi warna ini terjadi karena
faktor keturunan disamping juga karena faktor pakan yang diberikan.
b.
Bau. Lemak susu sangat mudah menyerap bau dari sekitarnya, seperti bau hewan
asal susu perah. Susu memiliki bau yang aromatis, hal ini disebabkan adanya
perombakan protein menjadi asam-asam amino. Bau susu akan lebih nyata jika susu
dibiarkan beberapa jam terutama pada suhu kamar. Kandungan laktosa yang tinggi
dan kandungan klorida rendah diduga menyebabkan susu berbau seperti garam.
c.
Rasa, Pahit bila terkontaminasi kuman pembentuk peptone,rasa lobak bila
terkontaminasi bakteri E.coli,rasa sabun bila terkontaminasi bakteri Bacillus
Lactis Saponei,rasa tengik karena kuman asam mentega,serta hanyir atau amis
oleh kuman-kuman lainnya.
d.
Kekentalan (viskositas). Susu akan berlendir bila terkontaminasi oleh
kuman-kuman cocci dari air,sisa makanan atau dari alat-alat susu.
e.
Uji Konsistensi. Susu yang sehat memiliki konsistensi baik, hal ini terlihat
tidak adanya butiran-butiran pada dinding tabung setelah tabung digoyang, susu
yang baik akan membasahi dinding tabung dengan tidak akan memperlihatkan bekas
berupa lendir atau butiran-butiran yang lama menghilang. Susu yang
konsistensinya tidak normal (berlendir) disebabkan oleh kegiatan enzim atau
penambahan asam, biasanya mikroba kokus yang berasal dari air, sisa makanan
atau alat-alat susu.
3.
Uji Didih
Bertujuan
untuk memeriksa dengan cepat derajat keasaman susu.Kestabilan kasein susu
berkurang bila susu menjadi asam sehingga akan menggumpal bila susu
dididihkan.Percobaan ini mulai positif pada derajat asam 9-100 SH,kecuali susu
asam kolostrum,dan perubahan fisiologis sapi dapat menyebabkan susu pecah pada
uji didih ini. Pembentukan asam dalam susu diistilahkan dengan kata “masam” dan
rasa masam susu disebabkan karena adanya asam laktat. Pengasaman susu ini
disebabkan oleh aktivitas bakteri yang memecah laktosa membentuk asam laktat.
Persentase asam dalam susu dapat digunakan sebagai indikator umur dan
penanganan susu. Asiditas susu dapat dinyatakan dengan dua cara yaitu cara asam
tertitrasi dan pH. Penetapan asiditas susu segar dengan titrasi alkali
sebenarnya tidak menggambarkan jumlah asam laktat karena susu segar tidak
mengandung asam laktat. Didalam susu terdapat komponen-komponen yang bersifat
asam yang dapat bereaksi dengan alkali, misalnya fosfat, casein dan alnumin,
karbondioksida dan sitrat.
Asiditas
susu segar dikenal sebagai asiditas alami yaitu berkisar 0,10-0,26% sebagai
asam laktat. Uji asiditas sering digunakan dalam penilaian mutu susu. Walaupun
demikian uji asiditas saja tidak cukup dalam menilai mutu susu karena adanya
penyimpangan aroma dan cita rasa susu tidak dapat diketahui dengan uji derajat
asam. Persyaratan yang ditetapkan oleh SNI 01-3141-1998 untuk derajat asam
adalah 6-7 0SH.
4.
Uji Alkohol
Bertujuan
memeriksa dengan cepat derajat keasaman susu.Kestabilan sifat koloidal
protein-protein susu tergantung pada selubung air yang menyelubunginya.Bila
alcohol,yang mempunyai sifat dehidrasi dicampurkan dengan susu maka protein
akan dikoagulasikan sehingga akan tampak kepecahan pada susu tersebut.Semakin
tinggi derajat asam susu semakin berkurang jumlah alcohol,denga kepekatan yang
dibutuhkan (70%),memecahkan susu yang sama banyaknya.Percobaan ini mulai
positif pada derajat asam 9-100 SH.Kecuali susu asam kolostrum,dan perubahan
fisiologis pada sapi dapat menyebabkan susu pecah pada uji alcohol ini.
5.
Uji Kebersihan atau Sedimentasi
Untuk mengetahui kebersihan
penanganan susu ditempat produksinya.Pada uji kebersihan susu tampak bersih dan
putih,tidak ada kotoran serta benda-benda asing yang terlihat dalam susu.Hal
ini menunjukkan dalam penanganannya susu tersebut bebas dari kontaminasi debu
kotoran,alat/perkakas dalam keadaan steril dan pekerja yang higienis.Kotoran
yang tersangkut pada saringan dapat berupa bulu sapi rumput sisa makanan,bagian
tinja,dll.Hasil positif(kotoran yang tersaring banyak) menunjukkan bahwa
peternakan kurang baik kebersihannyakarena kebersihan susu juga sangat
tergantung bpada kondisi kandang sapi perah juga kebersihan sapi sebelum
pemerahan dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar